Bagai Menggenggam Bara Api
Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary
Seorang
laki-laki pernah bertanya kepada Imam asy Syafi’i, "Wahai Abu Abdillah,
manakah yang lebih baik bagi seseorang dibiarkan atau diuji?"
Al
Imam asy Syafi’i menjawab, "Tidak mungkin seseorang itu dibiarkan
hingga ia diuji, sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menguji
Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, ‘Isa, dan Nabi Muhammad sholawatullah ‘alaihim
ajma’in. Maka tatkala mereka bersabar, Allah mengokohkan mereka. Tidak
boleh seorang pun mengira akan lepas dari kesusahan."
Al
Allamah Ibnul Qoyyim mengatakan, "Ujian merupakan suatu keharusan yang
menimpa manusia dan tidak ada seorang pun yang dapat mengelak darinya,
oleh karenanya Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan dalam Al Qur’an
tentang keharusannya menguji manusia…" (Madarijus Salikin 2/283).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya),
"Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. Ataukah orang-orang
yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari
(adzab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu." (QS Al Ankabuut: 1-4).
Allah juga berfirman (yang artinya), "Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang
sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS Al Anbiyaa`: 35).
Para pembaca -sungguh saat ini kita tengah berada di zaman yang benar-benar menuntut kesabaran, dimana orang-orang yang berpegang teguh dengan agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api, jika dilepas maka akan membakar dirinya dan membahayakannya, namun bila tetap digenggamnya, maka ia membutuhkan kesabaran dan kekokohan yang luar biasa. Bagaimana pula tidak dikatakan demikian, sebab setiap kali nampak orang-orang yang ingin mengamalkan agama beribadah dengan syari’at Allah, akan berdiri ahli bid’ah, para pengekor hawa nafsu, dan orang-orang bodoh yang tidak mengerti agama kecuali dari nenek-nenek moyangnya siap menghadang di hadapannya, melemparkan cercaan, hinaan, tudingan, dan fitnah baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, benar-benar membuat mayoritas muslim in phobi untuk menjalankan tuntunan agamanya. Betapa banyak para da’i-da’i Islam yang bungkam mulutnya tidak berani untuk berbicara yang haq, karena selalu mendapat tekanan dan intimidasi, terorislah, Islam garis keraslah, serta seabreg tudingan dan pelecehan yang lainnya, hanya da’i-da’i pramuka -yang di sana senang di sini senang, di sana senyum di sini senyum- yang aman-aman saja. Da’i-da’i ini tidak punya andil dalam memerangi ahli bid’ah dan syirik malah ikut berkecimpung dan ikut berperan mendukungnya, seolah-olah dirinya mengatakan, "No problem, take it easy man…!"
Para pembaca -keadaan seperti ini janganlah membuat kita surut langkah untuk tetap beramal dan menampakkan diri sebagai muslim sejati, seorang muslim yang berjenggot bersyukurlah dan tidak perlu merasa khawatir, justru ia harus bangga mendapat nikmat untuk melaksanakan perintah Nabi akan wajibnya memelihara jenggot. Seorang muslimah yang berhijab bersyukurlah dan berbangga dirilah di saat mayoritas para wanita lebih menyukai laknat dan siksa Allah dengan berbusana setengah telanjang bangga menampakkan auratnya yang murahan. Tetaplah kembali berpegang teguh kepada pemahaman salafush sholih muslimin periode pertama di kala banyak orang meninggalkannya, tetaplah konsisten terhadap sunnah di kala tak sedikit orang melupakannya, bersatulah untuk menghancurkan tirani kebid’ahan dan ahlinya, mendobrak belenggu kemusyrikan dan ahlinya, serta membungkam mulut-mulut ulama-ulama su` dan pengekor hawa nafsu. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Tiada seorang Nabi yang diutus sebelumku, melainkan mempunyai sahabat-sahabat yang setia yang mengikuti benar-benar tuntunan ajarannya. Kemudian timbullah di belakang mereka turunan yang hanya banyak bicara dan tidak suka berbuat dan mengerjakan apa-apa yang tidak diperintahkan. Maka siapa yang memerangi mereka dengan tangannya, ia mu`min, dan siapa yang menentang mereka dengan lidahnya, ia mu`min, dan siapa yang membenci mereka dengan hatinya, ia mu`min. Selain dari itu tidak ada lagi iman walau seberat biji sawi." (HR Muslim dalam Kitabul Iman no: 80, Ahmad 1/458-461 dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud).
Hendaknya
kita mengetahui bahwa sudah menjadi hikmah Allah, mengadakan bagi
tiap-tiap Nabi musuh-musuhnya. Allah berfirman (yang artinya), "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin…" (QS Al An’aam: 112).
Allah juga berfirman (yang artinya), "Dan
seperti itulah telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari
orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk
dan penolong." (QS Al Furqan: 31).
Jika
seorang da’i menyeru kepada tauhid ia akan mendapatkan di hadapannya
da’i-da’i kepada kesyirikan, jika seorang da’i mengajak kepada sunnah,
ia akan mendapatkan di hadapannya ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu,
jika seorang da’i menuntun ummat mengamalkan agama sesuai syari’at
Allah, ia akan mendapatkan di hadapannya ahli syubhat dan ulama-ulama
su’, jika seorang da’i menjauhkan umat dari kemungkaran dan kemaksiatan,
ia akan mendapatkan di hadapannya ahli syahwat, orang-orang fasiq, dan
sejenis mereka. Oleh karena itu, segala apa yang menimpa kita kaum
muslimin dari berbagai macam intimidasi, eksploitasi, dan semua
usaha-usaha Islamophobia adalah ujian tuk meraih janji Allah dan
membuktikan keimanan di hadapanNya. Waroqoh bin Naufal pernah berkata
kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya), "Tiada seorangpun yang datang membawa seperti apa yang telah engkau bawa melainkan ia akan diuji."
Para pembaca -semoga dirahmati Allah-, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan "sabar" sebagai senjata ampuh kaum mu`minin dalam membendung bahaya syahwat, fitnah, dan segala macam ujian; dan yang telah menjadikan yakin sebagai tameng untuk membendung lajunya syubhat. Allah berfirman (yang artinya), "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS Al Baqoroh: 155).
"Dan
sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu…" (QS Muhammad: 31).
"Cegahlah
mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)." (QS Luqman: 17).
Dan Allah berfirman (yang artinya), "Katakanlah:
‘Hai hamba-hambaku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.’
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi
Allah itu adalah luas. Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS Az Zumar: 10).
Dan Allah juga berfirman (yang artinya), "Maka
bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali
janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah)
itu menggelisahkan kamu." (QS Ar Ruum: 60).
Tidak
ada lagi yang patut dikhawatirkan bagi para pengemban al haq, walau
bagai menggenggam bara api, kesabaran dan keyakinannya yang akan
menghantarkan pada kedudukan yang tinggi menggapai janji dan karunia
Allah. Allah berfirman (yang artinya), "Hai hamba-hambaku, tiada
kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah
mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam
surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan. Diedarkan kepada mereka
piring-piring dari emas dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat
segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu
kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu
disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada
buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan." (QS Az Zukhruf: 68-73).
Allah juga berfirman (yang artinya), "Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada di dalam tempat yang aman. (Yaitu) di
dalamnya taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera yang
halus dan sutera yang tebal (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah, dan
Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala
macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran). Mereka tidak
akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah
memelihara mereka dari adzab neraka sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang
demikian itu adalah keberuntungan yang besar." (QS Ad Dukhaan: 51-57).
Hasbunallah wa ni’mal wakil, wal ‘ilmu ‘indallah, wal hamdulillahi robbil ‘alamin.
Sumber: Buletin Al Wala’ Wal Bara’ Bandung
Edisi ke-43 Tahun ke-1 / 10 Oktober 2003 M / 13 Sya’ban 1424 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar