Berilmu Sebelum Berkata dan Beramal
KEWAJIBAN BERILMU SEBELUM BERKATA ATAU BERAMAL
Oleh: Al-Ustadz Abu Amr Ahmad Alfian
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ
Maka ketahuilah bahwa Tidak ada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Allah dan memohonlah ampunan untukmu dan orang-orang beriman
laki dan perempuan (Q.S Muhammad:19).Ayat tersebut memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wasallam untuk berilmu terlebih dahulu (Maka Ketahuilah/ berilmulah…) sebelum berucap dan berbuat yaitu memohon ampunan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Al-Imam alBukhari rahimahullah menuliskan judul bab pada kitab Shahihnya dengan : Bab Ilmu (didahulukan) Sebelum Ucapan dan Beramal.
Umar bin al-Khottob radhiyallaahu ‘anhu berkata :
تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا
“Belajarlah ilmu sebelum menjadi pemimpin” (riwayat Ibnu Abi Syaibah)Umar bin al-Khottob radhiyallahu ‘anhu juga berkata :
لَا يَبِعْ فِي سُوقِنَا إِلَّا مَنْ قَدْ تَفَقَّهَ فِي الدِّينِ
“Janganlah berjualan di pasar kami orang yang belum paham tentang ilmu agama” (riwayat atTirmidzi)Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu berkata:
الْعِلْمُ إمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu” (al-Amru bil Ma’ruf wan nahyu anil munkar karya Ibnu Taimiyyah halaman 15).Umar bin Abdil Aziz rahimahullah berkata:
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِح
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka ia
lebih banyak merusak dibandingkan memperbaiki” (Majmu’ Fataawa Ibn
Taimiyyah:2/383).Ilmu Menyebabkan Amal yang Sedikit Menjadi Barakah
Abud Darda’ radhiyallaahu ‘anhu berkata :
يا
حبذا نوم الأكياس وإفطارهم كيف يعيبون سهر الحمقى وصيامهم ومثقال ذرة من
بر صاحب تقوى ويقين أعظم وأفضل وأرجح من أمثال الجبال من عبادة المغترين
Duhai seandainya (kita dapatkan) tidur dan makan minumnya orang
berilmu. Bagaimana bisa orang terperdaya dengan terjaganya (dalam
sholat) dan puasanya orang yang bodoh. Sungguh kebaikan sebesar biji
dzarrah dari orang yang bertaqwa dan yakin (berilmu) lebih agung, lebih
utama, dan lebih berat timbangannya dibandingkan amalan sebesar gunung
dari orang yang tertipu (orang bodoh)(Hilyatul Awliyaa’ juz 1 halaman
211).Syaikh Sholih bin Abdil Aziz Aalus Syaikh dalam Syarh Tsalaatsatil Ushul menjelaskan makna ucapan Sahabat Nabi Abud Darda’ ini bahwa tidur serta makan minumnya orang yang berilmu jauh lebih besar keutamaannya dibandingkan puasa dan qiyamul lailnya orang yang bodoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar